Internet bagai pisau bermata dua, dengan literasi dan berbagi informasi mari membuat internet aman buat keluarga kita dari PORNOGRAFI, KOMINFO kota Surabaya mencatat pertumbuhan situs porno 1000 buah perhari. Hasil survei yang dilakukan KPA (Komisi Perlindungan Anak) terhadap 4.500 siswa/siswi SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia, sekitar 97,2 persen responden mengaku pernah menonton dan mengakses situs porno. Dari jumlah itu, sekitar 92 pesen pernah melakukan "chatting" yang berujung pada perbuatan "oral sex" dan atau "phone sex".
Di antara mereka yang pernah "chatting" itu, sekitar 62,1 persen pernah berhubungan badan. Kemudian yang agak mengejutkan, sekitar 21 persen responden pernah melakukan aborsi.
Berangkat dari keprihatinan kondisi di atas, kami membuat blog ini untuk membantu para orang tua dan guru, mengimbangi konten negatif di internet dengan konten positif seperti berbagi tips, pengalaman mengenai bagaimana mengamankan anak-anak, dan siswa-siswi kita dari informasi yang salah dan merusak tentang sex yang bertaburan di dunia maya ini.
Bukan hanya konten pornografi, sexism, konten-konten menyesatkan lainnya juga menggunakan tema-tema populer lainnya, seperti politik, agama, bencana alam, bahkan pandemi Covid-19 tidak luput menjadi obyek hoaks para pembuat bertita palsu dan informasi menyesatkan.
Di antara mereka yang pernah "chatting" itu, sekitar 62,1 persen pernah berhubungan badan. Kemudian yang agak mengejutkan, sekitar 21 persen responden pernah melakukan aborsi.
Indonesia kedua dari bawah soal literasi di dunia, artinya minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia memprihatinkan, hanya 0,001%. Sebab mengapa #Hoaks begitu cepat menyebar sebelum #CekFakta, begitu pula dengan penyebaran konten negatif dan pornografi.
Berangkat dari keprihatinan kondisi di atas, kami membuat blog ini untuk membantu para orang tua dan guru, mengimbangi konten negatif di internet dengan konten positif seperti berbagi tips, pengalaman mengenai bagaimana mengamankan anak-anak, dan siswa-siswi kita dari informasi yang salah dan merusak tentang sex yang bertaburan di dunia maya ini.
Bukan hanya konten pornografi, sexism, konten-konten menyesatkan lainnya juga menggunakan tema-tema populer lainnya, seperti politik, agama, bencana alam, bahkan pandemi Covid-19 tidak luput menjadi obyek hoaks para pembuat bertita palsu dan informasi menyesatkan.
Bersyukur, rendahnya minat baca masyarakat Indonesia masih diimbangi oleh gerakan-gerakan literasi seperti yang diprakarsai MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia).